Salam Santun


Sabtu, 15 Desember 2012

Murobbi dan Halaqohku..


Anas bin Malik sahabat Rasulullah SAW menyampaikan bahwa Rasulullah pernah bersabda: “ Jika kalian melewati taman surga maka bersenang-senanglah di dalamnya, sahabat balik bertanya, wahai Rasulullah SAW apakah yang anda maksud dengan taman surga itu ? Beliau menjawab : halaqoh atau majlis zikir”.  Makna hadits tersebut adalah
Rasulullah SAW memotivasi umatnya agar peduli dengan lembaga-lembaga formal atau non formal yang membahas dan memperdalami  ilmu-ilmu Islam dengan seluruh dimensi aspeknya agar umat manusia dapat tunduk dan patuh kepada Allah SWT. ‘Atho bin Rabbah menafsirkan majlis zikir yang disebutkan dalam hadits diatas tidak sebatas majlis tahlil atau istighotsah saja namun mencakup semua majlis yang mengingatkan kita kepada Allah SWT, majlis yang menjelaaskan dan mengajarkan syari’at Islam, membahas tentang akidah, fiqih dan budi pekerti yang mulia.

Misi keberadaan kita di dunia ini tiada lain kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam. Rahmat dalam pengertian menebarkan kasih sayang dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Misi tersebut tak bisa tidak mengharuskan kita hidup dalam jalan dakwah. Mengapa? Sebab hanya dakwah yang membuat seorang muslim konsisten mengajak orang lain ke arah kebaikan dan kasih sayang. Sedang jalan selain dakwah adalah jalan yang penuh ketidakpastian dan keraguan untuk merealisasikan misi keberadaan manusia muslim tersebut. Jalan yang seringkali menggelincirkan seseorang kepada sikap egois dan hanya mementingkan diri sendiri.


Murabbi sebagai pemimpin dan pengendali halaqah memegang peranan yang paling penting. Sosoknya haruslah mampu diterima semua anggota kelompok. Tidak ada penolakan terhadap dirinya. Imam Hasan Al Banna mengibaratkan figur ini sebagai syaikh dalam hal kepakaran ilmu, orang tua dalam hal kasih sayang, guru dalam hal pengajaran, kakak dalam hal teladan dan pemimpin untuk urusan ketaatan.

Perhatikanlah kehidupan Murabbi hadzihil ummah, Rasulullah saw. Telusuri keteladanan figur murabbi pada diri sahaabatnya, para tabi’in, dan ulama salaafussalih. Aina nahnu minhum? Kita sungguh tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Bahkan rasanya mustahil bisa sama dengan mereka. Itulah satu perasaan yang akan terlintas di benak kita ketika mengetahui keteladaanaan mereka sebagai murabbi. Tetapi kita dinasihati oleh satu pepatah: tasyabbahu in lam takuunuu mislahum, Innattasyabbuha bil kiraami falaahun, teladanilah meski tidak sama persis dengan mereka, sesungguhnya meneladanani orang-orang mulia adalah satu keberuntungan.

Teringat di saat hujan tersenyum menghampiri. Malam hari, menghiraukan dingin yang menembus kulit. Kita hamparkan karpet yang seyogianya terletak hangat di tengah ruang tamu, yang juga ruang makan dan ruang ‘keluarga’ kita, di atas kepala seraya berjalan perlahan. Hanya demi satu hal. Sederhana, namun sarat makna. Untuk menyambut seruan adzan di masjid sebelah. Ya.
Menyisakan satu rasa sesak ketika rutinitas itu terlewatkan. Sungguh, di hari ini aku selalu mengingat momen itu ketika ada rasa futur ada rasa malas, ada rasa ingin meninggalkan rutinitas itu pada suatu waktu. Satu hal yang selalu memberi semangat ketika penat.

Secangkir kehangatan di malam hari selalu kita lewati dengan diskusi. Apapun itu. Dan dari sana aku banyak mendapat penghangat jiwa. Satu hal yang sangat aku rindukan. Penghangat ketika iman ini sudah mulai membeku. Tetes demi tetesnya menghilangkan penat yang mengotori gelas hati.

Teringat juga ketika diskusi yang selalu menjadi topik lucu namun penuh makna bagi kita. Bukan banyolan, apalagi sekedar dustaan untuk mengundang tawa. Suatu hal yang selalu membawa senyum tersendiri bagi kita. Saling sindir satu sama lain. Tidak untuk memanasi. Memotivasi? Aku sendiri sangat ingat ketika salah seorang dari kita banyak menceritakan hal-hal terkait diskusi kita ini. Tentang cinta dan separuh agama kita. Aku hanya bisa tersenyum mengingatnya hari ini. Hehe…


Maka kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Terangilah dengan cahayaMu yang tiada pernah padam. Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakal padaMu. Hidupkan dengan ma’rifatMu. Matikan dalam syahid di jalanMu. Engkaulah pelindung dan pembela.

Ya Rabbi, bimbinglah kami.
Dan semoga shalawat dan salam senantiasa bersama kekasihMu, Rasulullah saw…



Sumber:
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar