Anas bin Malik sahabat Rasulullah SAW
menyampaikan bahwa Rasulullah pernah bersabda: “ Jika kalian melewati taman
surga maka bersenang-senanglah di dalamnya, sahabat balik bertanya, wahai
Rasulullah SAW apakah yang anda maksud dengan taman surga itu ? Beliau menjawab
: halaqoh atau majlis zikir”. Makna hadits tersebut adalah
Rasulullah SAW memotivasi umatnya agar peduli dengan lembaga-lembaga formal
atau non formal yang membahas dan memperdalami ilmu-ilmu Islam dengan
seluruh dimensi aspeknya agar umat manusia dapat tunduk dan patuh kepada Allah
SWT. ‘Atho bin Rabbah menafsirkan majlis zikir yang disebutkan dalam hadits
diatas tidak sebatas majlis tahlil atau istighotsah saja namun mencakup semua
majlis yang mengingatkan kita kepada Allah SWT, majlis yang menjelaaskan dan
mengajarkan syari’at Islam, membahas tentang akidah, fiqih dan budi pekerti
yang mulia.
Misi keberadaan
kita di dunia ini tiada lain kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam. Rahmat
dalam pengertian menebarkan kasih sayang dan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat. Misi tersebut tak bisa tidak mengharuskan
kita hidup dalam jalan dakwah. Mengapa? Sebab hanya dakwah yang membuat seorang
muslim konsisten mengajak orang lain ke arah kebaikan dan kasih sayang. Sedang
jalan selain dakwah adalah jalan yang penuh ketidakpastian dan keraguan untuk
merealisasikan misi keberadaan manusia muslim tersebut. Jalan yang seringkali
menggelincirkan seseorang kepada sikap egois dan hanya mementingkan diri
sendiri.
Murabbi
sebagai pemimpin dan pengendali halaqah memegang peranan yang paling penting.
Sosoknya haruslah mampu diterima semua anggota kelompok. Tidak ada penolakan
terhadap dirinya. Imam Hasan Al Banna mengibaratkan figur ini sebagai syaikh
dalam hal kepakaran ilmu, orang tua dalam hal kasih sayang, guru dalam hal
pengajaran, kakak dalam hal teladan dan pemimpin untuk urusan ketaatan.
Perhatikanlah kehidupan Murabbi
hadzihil ummah, Rasulullah saw. Telusuri keteladanan figur murabbi
pada diri sahaabatnya, para tabi’in, dan ulama salaafussalih. Aina nahnu
minhum? Kita sungguh tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Bahkan
rasanya mustahil bisa sama dengan mereka. Itulah satu perasaan yang akan
terlintas di benak kita ketika mengetahui keteladaanaan mereka sebagai murabbi.
Tetapi kita dinasihati oleh satu pepatah: tasyabbahu in
lam takuunuu mislahum, Innattasyabbuha bil kiraami falaahun, teladanilah
meski tidak sama persis dengan mereka, sesungguhnya meneladanani orang-orang
mulia adalah satu keberuntungan.
Teringat
di saat hujan tersenyum menghampiri. Malam hari, menghiraukan dingin yang
menembus kulit. Kita hamparkan karpet yang seyogianya terletak hangat di tengah
ruang tamu, yang juga ruang makan dan ruang ‘keluarga’ kita, di atas kepala
seraya berjalan perlahan. Hanya demi satu hal. Sederhana, namun sarat makna.
Untuk menyambut seruan adzan di masjid sebelah. Ya.
Menyisakan
satu rasa sesak ketika rutinitas itu terlewatkan. Sungguh, di hari ini aku
selalu mengingat momen itu ketika ada rasa futur ada rasa malas, ada rasa ingin
meninggalkan rutinitas itu pada suatu waktu. Satu hal yang selalu memberi
semangat ketika penat.
Secangkir
kehangatan di malam hari selalu kita lewati dengan diskusi. Apapun itu. Dan
dari sana aku banyak mendapat penghangat jiwa. Satu hal yang sangat aku
rindukan. Penghangat ketika iman ini sudah mulai membeku. Tetes demi tetesnya
menghilangkan penat yang mengotori gelas hati.
Teringat
juga ketika diskusi yang selalu menjadi topik lucu namun penuh makna bagi kita.
Bukan banyolan, apalagi sekedar dustaan untuk mengundang tawa. Suatu hal yang
selalu membawa senyum tersendiri bagi kita. Saling sindir satu sama lain. Tidak
untuk memanasi. Memotivasi? Aku sendiri sangat ingat ketika salah seorang dari
kita banyak menceritakan hal-hal terkait diskusi kita ini. Tentang cinta dan
separuh agama kita. Aku hanya bisa tersenyum mengingatnya hari ini. Hehe…
Maka
kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Terangilah
dengan cahayaMu yang tiada pernah padam. Lapangkanlah dada kami dengan karunia
iman dan indahnya tawakal padaMu. Hidupkan dengan ma’rifatMu. Matikan dalam
syahid di jalanMu. Engkaulah pelindung dan pembela.
Ya
Rabbi, bimbinglah kami.
Dan semoga shalawat dan salam senantiasa bersama kekasihMu, Rasulullah saw…
Dan semoga shalawat dan salam senantiasa bersama kekasihMu, Rasulullah saw…
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar