Dialah yang mengutus seorang rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Al-Jumu’ah: 2)
“Saya ingin berterus terang kepada kalian bahwa
da’wah yang kita emban ini belum banyak diketahui orang. Nanti di saat mereka
telah mengetahui dan memahami tujuan dan sasarannya, niscaya akan terjadi
pertentangan dan permusuhan diantara mereka. Di
depan kalian akan terbentang berbagai kesulitan dan kalian akan menemukan
banyak kendala. Saat itu berarti kalian telah meniti jalan aktivis da’wah yang
sesungguhnya. Kini kalian masih belum di kenal. Kalian baru masuk fase
persiapan untuk memasuki jalan dawah dan merealisasikan tuntutannya, berupa
jihad dan perjuangan.” ( Hasan Al-Banna)
Dalam setiap organisasi, proses penjagaan
terhadap setiap kader merupakan salah satu elemen terpenting dalam menentukan kebertahanan
sebuah organisasi. Penjagaan dan pembinaan terhadap seorang kader diharapkan
dapat meningkatkan kualitas seorang kader menjadi lebih baik dan lebih siap
dalam memahami seluk beluk organisasi tersebut.
Mahasiswa adalah kaum intelektual yang diharapkan dapat
memberikan sebesar-besar manfaat di tengah kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara. Terlebih lagi mahasiswa AKA, yang konon merupakan salah satu kampus D3 terbaik
di negeri ini. Tentu tidak sedikit orang yang menggantungkan nasib bangsa ini
kepada generasi yang kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa ini. Mahasiswa
setidaknya memiliki empat fungsi, yakni da’i, cadangan keras masa depan, agen
perubahan, dan pengarah perubahan. Dengan fungsi tersebut, mahasiswa dituntut
untuk peduli terhadap kelangsungan nasib bangsa ini, memiliki sensitivitas terhadap lingkungan sosial,
mampu memperbaiki, dan akhirnya dapat melindungi masyarakat.
Oleh karena itu, sebagai tumpuan harapan bangsa,
mahasiswa harus memiliki pandangan yang jelas tentang siapa dirinya, akan
kemana dia menuju, dan apa yang seharusnya dia lakukan. Lintasan pertanyaan-pertanyaan tentang akan kemana kita, apa tujuan kita hidup, dan lain-lainnya adalah sebuah pintu awal kesadaran
seseorang. Kesadaran yang harus
ditindaklanjuti dengan jawaban yang benar, memberi kepuasan, menenangkan hati,
serta menenteramkan jiwa.
Mentoring bukanlah segalanya, tapi segalanya berawal dari Mentoring..
Empat belas abad yang lalu, sebuah lingkaran
pertama telah terbentuk oleh Maestro Dakwah dunia pertama dan terbaik. Dalam rumah
salah seorang sahabat yang sederhana mereka berbincang. Mereka berbicara
mengenai umat, mengenai realitas yang terjadi, mengenai harapan dan keinginan
yang ingin mereka wujudkan. Dan dari lingkaran tersebut bermunculanlah
orang-orang luar biasa yang menjadi penegak agama Allah di muka bumi ini.
Kelompok yang dibentuk Rasulullah inilah yang
kita kenal dengan nama Mentoring. Mentoring merupakan proses pembinaan ideal
yang terbukti efektif dalam menjaga dan membimbing setiap orang, sehingga orang
tersebut menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Proses pembinaan seperti
inilah yang dilakukan oleh Rasulullah, Abu Bakar, dan para sahabat lainnya
sehingga sampai saat ini kita masih merasakan nikmatnya proses pembinaan ini.
Dalam mentoring, kita tidak hanya belajar
mengenai ilmu-ilmu agama saja. Tetapi juga ilmu-ilmu lain yang memang pada
dasarnya dilandasi dengan nilai-nilai Islam didalamnya. Bahkan bagi para
wirausahawan yang menjalankan bisnisnya, keberadaan seorang mentor dan proses
mentoring ini sangat diperlukan bagi kesuksesan usaha yang dilakukannya.
Mentoring Rasulullah yang bermula dari
lingkaran-lingkaran kecil itu mampu menciptakan peradaban baru di seantero
jagad raya ini. Jadi bila kejayaan Islam ingin kembali bangkit, adalah sebuah
keniscayaan untuk kembali pada metode, tatanan, serta orientasi mentoring
Rasulullah.
Umar bin Khattab pernah berkata, “Andaikan iman seluruh
manusia selain para nabi dikumpulkan di suatu tempat, ditimbang dengan imannya
Abu Bakar, tentulah imannya Abu Bakar lebih berat.
Apa yang dikatakan Umar ini adalah pernyataan
objektif yang dibenarkan oleh para sahabat lainnya. Hal ini dikarenakan proses
kaderisasi yang dilakukan Abu Bakar sangat efektif dan mengikuti proses
pembinaan yang dilakukan Rasulullah pada dirinya. Sehingga wajarlah bila saat
ini, masih banyak organisasi yang melakukan proses pembinaan dengan membentuk
kelompok-kelompok kecil ini.
Pada akhirnya mentoring ini dapat dilangsungkan
dengan efektif apabila orang-orang yang terlibat didalamnya komitmen. Tanpa
komitmen, maka suatu aktifitas atau pergerakan hanya akan berjalan efektif di
awalnya saja. Bahwa tadhiyah (pengorbanan) itu berada di peringkat ke empat
setelah paham, ikhlas dan amal. Maka sebuah tujuan tidak akan bisa dicapai
tanpa tadhiyah dari para pelakunya.
Kami sadar bahwa apa yang
kami lakukan hanyalah satu langkah kecil dari proses panjang da’wah ini, masih
sangat jauh perjalanan yang harus kita tempuh untuk dapat menuai hasil yang
kita cita-citakan bersama, bahkan boleh jadi kita tidak dapat menyaksikan buah
karya yang dihasilkan oleh ayunan langkah kecil kita, namun yakinlah apa yang
telah kita perbuat sedikitpun tidak sia-sia dihadapan Allah SWT.
Di akhir muqoddimah ini, ijinkan ana mengutip
kata-kata dari sang murabbi, syaikhut tarbiyah Rahmat Abdullah.
Memang seperti itulah
dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu..
Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai..
Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari..
Dakwah bukannya tidak
melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan.
Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai..
Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari..
Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.
Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.
Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.
Sekian yang bisa ana sampaikan.. Ganbatte ne..
Wallahu'alam bisshawab..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar