Salam Santun


Selasa, 25 Desember 2012

Saya ini sedang Futur



saya ini sedang futur
terbukti dengan ogah-ogahan datang ke pengajian tiap pekan
dengan alasan klasik kuliahlah, lelahlah, kerjalah, sibuklah, inilah, itulah

saya ini sedang futur
jarang baca buku tentang Islam, lagi demen baca koran
dulu tilawah tidak pernah ketinggalan sekarang satu lembar udeh lumayan
tilawah sudah tidak berkesan, nonton layar emas ketagihan

saya ini sedang futur
mulai malas sholat malam, jarang bertafakkur
ba'da shubuh, kanan kiri salam, lantas kembali mendengkur
apalagi waktu libur, sampai menjelang dzuhur

saya ini sedang futur
lihat perut semakin buncit, karena junkfood dan pangsit
kalo infaq mulai sedikit dan mulai pelit
apalagi shaum sunnah, perut rasanya ogah

saya ini sedang futur
tak lagi pandai bersyukur
seneng disanjung dikritik murung

saya ini sedang futur
malas ngurusin da'wah, rajin bikin ortu marah
sedikit sekali muhasabah, sering kali meng ghibah

ya..saya memang sedang futur

mengapa saya futur......???
mengapa tidak ada satu ikhwah pun yang menegur dan menghibur??
kenapa batas-batas mulai mengendur??
kepura-puraan, basa basi dan kekakuan subur??
kenapa di antara kita sudah tidak jujur??

kenapa ukhuwah di antara kita sudah mulai luntur??
kenapa di antara kita hanya pandai bertutur??
Ya Allah..berikan hambaMu ini pelipur
agar saya tidak semakin futur
apalagi sampai tersungkur...
 

ente tau ane lagi futur
sedikit dzikir, banyakan tidur belajar ngawur, IP pun hancur
shohib- shohib kagak ada yang negur

ente tau ane lagi futur
hati beku, otak ngelantur mikirin orang se-dulur,
diri sendiri kagak pernah ngukur

ente taulah ane sekarang
seneng duduk di kursi goyang,
perut kenyang hati melayang
mulut sibuk ngomongin orang,
aib sendiri nggak kebayang

ente tau ane bengal
bangun malem sering ditinggal
otak bebal banyak mengkhayal,
udeh lupa yang namanya ajal

ente tau ane begini
udah sok tau, seneng dipuji ngomong sok suci kayak murrabi,
kagak ngaca diri sendiri

ente tau ane gegabah
petantang petenteng merasa gagah,
diri ngaku-ngaku ikhwah kalo mo muhasabah,
diri ini nggak beda sama sampah

ente tau ane sekarang udah kalah di medan perang
ane pengen pulang kandang,
ke tempat ane dulu datang


nb: buat semua saudaraku....kunjungilah saudaramu tengoklah dia barang sebentar....
mungkin keimanannya sedang berada diujung tanduk
mungkin keimanannaya sedang dipertaruhkan..
raihlah dia..rengkuhlah dia
ajaklah dia bersama melihat terbitnya fajar kebangkitan Islam
ajaklah dia bersama menuju cinta NYA menuju surgaNYa menuju ampunan NYA

janganlah sibuk dengan diri sendiri pedulilah dengan sekelilingmu
pedulilah dengan mereka yang mengharap datangnya secercah cahaya
jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain


sumber: laptop teman. hehe. ^^

Muqaddimah Mentoring




Dialah yang mengutus seorang rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Al-Jumu’ah: 2)

“Saya ingin berterus terang kepada kalian bahwa da’wah yang kita emban ini belum banyak diketahui orang. Nanti di saat mereka telah mengetahui dan memahami tujuan dan sasarannya, niscaya akan terjadi pertentangan dan permusuhan diantara mereka. Di depan kalian akan terbentang berbagai kesulitan dan kalian akan menemukan banyak kendala. Saat itu berarti kalian telah meniti jalan aktivis da’wah yang sesungguhnya. Kini kalian masih belum di kenal. Kalian baru masuk fase persiapan untuk memasuki jalan dawah dan merealisasikan tuntutannya, berupa jihad dan perjuangan.” ( Hasan Al-Banna)

Dalam setiap organisasi, proses penjagaan terhadap setiap kader merupakan salah satu elemen terpenting dalam menentukan kebertahanan sebuah organisasi. Penjagaan dan pembinaan terhadap seorang kader diharapkan dapat meningkatkan kualitas seorang kader menjadi lebih baik dan lebih siap dalam memahami seluk beluk organisasi tersebut.

Mahasiswa adalah kaum intelektual yang diharapkan dapat memberikan sebesar-besar manfaat di tengah kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Terlebih lagi mahasiswa AKA, yang konon merupakan salah satu kampus D3 terbaik di negeri ini. Tentu tidak sedikit orang yang menggantungkan nasib bangsa ini kepada generasi yang kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa ini. Mahasiswa setidaknya memiliki empat fungsi, yakni da’i, cadangan keras masa depan, agen perubahan, dan pengarah perubahan. Dengan fungsi tersebut, mahasiswa dituntut untuk peduli terhadap kelangsungan nasib bangsa ini, memiliki  sensitivitas terhadap lingkungan sosial, mampu memperbaiki, dan akhirnya dapat melindungi masyarakat.

Oleh karena itu, sebagai tumpuan harapan bangsa, mahasiswa harus memiliki pandangan yang jelas tentang siapa dirinya, akan kemana dia menuju, dan apa yang seharusnya dia lakukan. Lintasan pertanyaan-pertanyaan tentang akan kemana kita, apa tujuan kita hidup, dan lain-lainnya adalah sebuah pintu awal kesadaran seseorang.  Kesadaran yang harus ditindaklanjuti dengan jawaban yang benar, memberi kepuasan, menenangkan hati, serta menenteramkan jiwa. 



Mentoring bukanlah segalanya, tapi segalanya berawal dari Mentoring..

Empat belas abad yang lalu, sebuah lingkaran pertama telah terbentuk oleh Maestro Dakwah dunia pertama dan terbaik. Dalam rumah salah seorang sahabat yang sederhana mereka berbincang. Mereka berbicara mengenai umat, mengenai realitas yang terjadi, mengenai harapan dan keinginan yang ingin mereka wujudkan. Dan dari lingkaran tersebut bermunculanlah orang-orang luar biasa yang menjadi penegak agama Allah di muka bumi ini.

Kelompok yang dibentuk Rasulullah inilah yang kita kenal dengan nama Mentoring. Mentoring merupakan proses pembinaan ideal yang terbukti efektif dalam menjaga dan membimbing setiap orang, sehingga orang tersebut menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Proses pembinaan seperti inilah yang dilakukan oleh Rasulullah, Abu Bakar, dan para sahabat lainnya sehingga sampai saat ini kita masih merasakan nikmatnya proses pembinaan ini.

Dalam mentoring, kita tidak hanya belajar mengenai ilmu-ilmu agama saja. Tetapi juga ilmu-ilmu lain yang memang pada dasarnya dilandasi dengan nilai-nilai Islam didalamnya. Bahkan bagi para wirausahawan yang menjalankan bisnisnya, keberadaan seorang mentor dan proses mentoring ini sangat diperlukan bagi kesuksesan usaha yang dilakukannya.

Mentoring Rasulullah yang bermula dari lingkaran-lingkaran kecil itu mampu menciptakan peradaban baru di seantero jagad raya ini. Jadi bila kejayaan Islam ingin kembali bangkit, adalah sebuah keniscayaan untuk kembali pada metode, tatanan, serta orientasi mentoring Rasulullah.

 Umar bin Khattab pernah berkata, “Andaikan iman seluruh manusia selain para nabi dikumpulkan di suatu tempat, ditimbang dengan imannya Abu Bakar, tentulah imannya Abu Bakar lebih berat.

Apa yang dikatakan Umar ini adalah pernyataan objektif yang dibenarkan oleh para sahabat lainnya. Hal ini dikarenakan proses kaderisasi yang dilakukan Abu Bakar sangat efektif dan mengikuti proses pembinaan yang dilakukan Rasulullah pada dirinya. Sehingga wajarlah bila saat ini, masih banyak organisasi yang melakukan proses pembinaan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil ini.

Pada akhirnya mentoring ini dapat dilangsungkan dengan efektif apabila orang-orang yang terlibat didalamnya komitmen. Tanpa komitmen, maka suatu aktifitas atau pergerakan hanya akan berjalan efektif di awalnya saja. Bahwa tadhiyah (pengorbanan) itu berada di peringkat ke empat setelah paham, ikhlas dan amal. Maka sebuah tujuan tidak akan bisa dicapai tanpa tadhiyah dari para pelakunya.

Kami sadar bahwa apa yang kami lakukan hanyalah satu langkah kecil dari proses panjang da’wah ini, masih sangat jauh perjalanan yang harus kita tempuh untuk dapat menuai hasil yang kita cita-citakan bersama, bahkan boleh jadi kita tidak dapat menyaksikan buah karya yang dihasilkan oleh ayunan langkah kecil kita, namun yakinlah apa yang telah kita perbuat sedikitpun tidak sia-sia dihadapan Allah SWT.

Di akhir muqoddimah ini, ijinkan ana mengutip kata-kata dari sang murabbi, syaikhut tarbiyah Rahmat Abdullah.

Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu..
Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai..

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari..

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.


Sekian yang bisa ana sampaikan.. Ganbatte ne..
Wallahu'alam bisshawab..

Sabtu, 15 Desember 2012

Murobbi dan Halaqohku..


Anas bin Malik sahabat Rasulullah SAW menyampaikan bahwa Rasulullah pernah bersabda: “ Jika kalian melewati taman surga maka bersenang-senanglah di dalamnya, sahabat balik bertanya, wahai Rasulullah SAW apakah yang anda maksud dengan taman surga itu ? Beliau menjawab : halaqoh atau majlis zikir”.  Makna hadits tersebut adalah
Rasulullah SAW memotivasi umatnya agar peduli dengan lembaga-lembaga formal atau non formal yang membahas dan memperdalami  ilmu-ilmu Islam dengan seluruh dimensi aspeknya agar umat manusia dapat tunduk dan patuh kepada Allah SWT. ‘Atho bin Rabbah menafsirkan majlis zikir yang disebutkan dalam hadits diatas tidak sebatas majlis tahlil atau istighotsah saja namun mencakup semua majlis yang mengingatkan kita kepada Allah SWT, majlis yang menjelaaskan dan mengajarkan syari’at Islam, membahas tentang akidah, fiqih dan budi pekerti yang mulia.

Misi keberadaan kita di dunia ini tiada lain kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam. Rahmat dalam pengertian menebarkan kasih sayang dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Misi tersebut tak bisa tidak mengharuskan kita hidup dalam jalan dakwah. Mengapa? Sebab hanya dakwah yang membuat seorang muslim konsisten mengajak orang lain ke arah kebaikan dan kasih sayang. Sedang jalan selain dakwah adalah jalan yang penuh ketidakpastian dan keraguan untuk merealisasikan misi keberadaan manusia muslim tersebut. Jalan yang seringkali menggelincirkan seseorang kepada sikap egois dan hanya mementingkan diri sendiri.


Murabbi sebagai pemimpin dan pengendali halaqah memegang peranan yang paling penting. Sosoknya haruslah mampu diterima semua anggota kelompok. Tidak ada penolakan terhadap dirinya. Imam Hasan Al Banna mengibaratkan figur ini sebagai syaikh dalam hal kepakaran ilmu, orang tua dalam hal kasih sayang, guru dalam hal pengajaran, kakak dalam hal teladan dan pemimpin untuk urusan ketaatan.

Perhatikanlah kehidupan Murabbi hadzihil ummah, Rasulullah saw. Telusuri keteladanan figur murabbi pada diri sahaabatnya, para tabi’in, dan ulama salaafussalih. Aina nahnu minhum? Kita sungguh tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Bahkan rasanya mustahil bisa sama dengan mereka. Itulah satu perasaan yang akan terlintas di benak kita ketika mengetahui keteladaanaan mereka sebagai murabbi. Tetapi kita dinasihati oleh satu pepatah: tasyabbahu in lam takuunuu mislahum, Innattasyabbuha bil kiraami falaahun, teladanilah meski tidak sama persis dengan mereka, sesungguhnya meneladanani orang-orang mulia adalah satu keberuntungan.

Teringat di saat hujan tersenyum menghampiri. Malam hari, menghiraukan dingin yang menembus kulit. Kita hamparkan karpet yang seyogianya terletak hangat di tengah ruang tamu, yang juga ruang makan dan ruang ‘keluarga’ kita, di atas kepala seraya berjalan perlahan. Hanya demi satu hal. Sederhana, namun sarat makna. Untuk menyambut seruan adzan di masjid sebelah. Ya.
Menyisakan satu rasa sesak ketika rutinitas itu terlewatkan. Sungguh, di hari ini aku selalu mengingat momen itu ketika ada rasa futur ada rasa malas, ada rasa ingin meninggalkan rutinitas itu pada suatu waktu. Satu hal yang selalu memberi semangat ketika penat.

Secangkir kehangatan di malam hari selalu kita lewati dengan diskusi. Apapun itu. Dan dari sana aku banyak mendapat penghangat jiwa. Satu hal yang sangat aku rindukan. Penghangat ketika iman ini sudah mulai membeku. Tetes demi tetesnya menghilangkan penat yang mengotori gelas hati.

Teringat juga ketika diskusi yang selalu menjadi topik lucu namun penuh makna bagi kita. Bukan banyolan, apalagi sekedar dustaan untuk mengundang tawa. Suatu hal yang selalu membawa senyum tersendiri bagi kita. Saling sindir satu sama lain. Tidak untuk memanasi. Memotivasi? Aku sendiri sangat ingat ketika salah seorang dari kita banyak menceritakan hal-hal terkait diskusi kita ini. Tentang cinta dan separuh agama kita. Aku hanya bisa tersenyum mengingatnya hari ini. Hehe…


Maka kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Terangilah dengan cahayaMu yang tiada pernah padam. Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakal padaMu. Hidupkan dengan ma’rifatMu. Matikan dalam syahid di jalanMu. Engkaulah pelindung dan pembela.

Ya Rabbi, bimbinglah kami.
Dan semoga shalawat dan salam senantiasa bersama kekasihMu, Rasulullah saw…



Sumber: